Pages

Friday, April 22, 2016

Lagi-Lagi Tentang Orangtua

Masih ada 8 hari di bulan April ini, sebelum menjemput bulan kelahiran, biarlah secoret kenangan tertuang dalam bulan ke empat di tahun 2016 ini. Tak banyak yang akan kuceritakan, hanya sepenggal kisah tentang sosok ayah.

Suatu hari saat malam telah tiba, aku dan suamiku beranjak pergi menuju sebuah supermarket terdekat. Menuju ke lantai atas sebenarnya tidak ada niat membeli apapun, namun sebagai seorang wanita pada umumnya, meski bukan untuk diri sendiri, sepertinya sangat disayangkan jika ada barang yang cocok dihati dengan harga terjangkau dilewatkan. :D yap ! sebuah batik manis untuk suami tercinta akhirnya membuat kami menjadi salah satu pengantri kasir. Cukup panjang, dan sedikit membuat kami kehabisan gaya dalam mengantri. Haha namun disela-sela antrian, tepat dihadapanku berdiri seorang lelaki paruh baya. Kebiasaan jelekku mungkin, mengamati seseorang dari ujung ke ujung. Hanya sekilas dan tak ada yang aneh ataupun luar biasa. Ia mengenakan kaos oblong, celana jeans agak sedikit usang dan sandal jepit legendaris (you know what I mean. Merek S*allo*) . 

Kali ini aku tak sengaja memperhatikan, ketika tiba gilirannya di depan kasir, kemudian menujukkan nota pembeliannya aku sedikit reflex membuka mata lebar-lebar. “Wow.. 400rb sekian” untuk brapa potong baju anak kecil.

Tak terlihat dompet mewah, tak terlihat tas mewah yang ia keluarkan dan kenakan. Ia mengeluarkan uang dari dalam saku celana jeansnya. Tanpa amplop tanpa dompet. Bukan,,, bukan berpikiran yang macam-macam tentang bapak ini.. hanya saja kemudian terlintas rasa haru. MUngkin saja hari ini bapak itu bekerja lebih ekstra untuk membelikan anak-anaknya sebuah baju baru. Who knows? Apa yang sudah bapak itu alami seharian ini demi anak-anaknya, dan bahkan aku juga tidak tau untuk siapa baju  - baju itu sebenarnya. Yaaah terlepas dari kejadian itu, aku hanya terlintas sejenak kenangan tentang seorang ayah. Banyak sosok ayah yang kadang tertutupi oleh sosok ibu. Kisahnya jarang tertuang. Padahal ada banyak ayah yang rela melakukan apapun demi kebahagiaan anak-anaknya tanpa perlu menunjukan perjuangannya di depan mereka. “Cukup ayah yang merasakan” mungkin demikian kata hati mereka. 

“CUkuplah kebahagiaan yang kalian rasakan. Lelah ini akan lunas terbayar oleh senyum dan tawa yang pecah di dalam keluarga”  seperti itu kah ayah? Seperti itukah suami?

Isi hati hanya Allah yang Maha Tahu. Pada intinya, menghargai setiap jerih payah yang mereka (read: orangtua) lakukan adalah salah satu balasan yang baik . Kita mungkin belum sepenuhnya tahu apa yang telah mereka alami selama ini. Seberapa banyak pahit getir kehidupan, hutang, rasa malu, rasa sakit, kesedihan dan hal lainnya yang mereka sembunyikan dengan rapi di belakang kita . aahh iyaa lagi-lagi bahasan mengenai orangtua selalu membuat pipi ini basah. Dengan melihat usia mereka yang semakin Senja, diri ini selalu menanyakan apa yang akan dilakukan untuk kebahagiaan mereka?

ALLOHUMMAGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WAR HAMHUMAA KAMA RABBAYAANII SHAGIIRAA 

“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Doa dan rasa terimakasih tersampaikan untuk bapak yang saat itu mengantri di depanku. Apa yang dia rencanakan dengan baju-baju itu, semoga bernilai kebaikan dan Allah meridhoinya. Amiin.. :)

No comments :

Post a Comment